Urip dan Sensi: Part I

8:53:00 PM 2 Komentar

Ujang, Parno, Jaka dan Urip adalah 5 sekawan yang sebenernya 4 sekawan. Mereka adalah siswa kelas 2 SMP yang saat ini sedang pusing memikirkan cara agar bisa lulus Ujian Nasional. Mereka mati-matian berpikir bagaimana caranya agar bisa lulus UN, disaat mereka masih kelas 2 SMP. Ujang, yang nama sebenarnya adalah Karyo, adalah pria yang hobinya suka bermain bola basket, dia pernah mengikuti kejuaraan basket Internasional di Amerika Barat. Dia sangat di sanjung-sanjung oleh guru basketnya, Parmadi.

Ujang lahir di Singapura, tanggal 19 Agustus 1999. Kelahiran Ujang di Singapura di peringati sebagai hari yang sangat spesial bagi seluruh anggota keluarganya sendiri. Ujang anak yang cukup pintar. Nilai matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia, kimia, dan olahraganya berturut-turut adalah 8, 8, 8, 8, dan 8. Ujang selalu bahagia, setiap ia berjalan, ia memberikan senyuman yang luar biasa indahnya menurut sebagian besar kaum dhuafa. Ya, Ujang gemar berbagi.


Ujang
Parno, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Parno tidak pernah menyukai Jaka, karena Parno bukan seorang penyuka sesama jenis. Berkali-kali Jaka mendekati Parno, pulang bersama Parno, Parno tidak pernah memberikan perasaan yang lebih untuk Jaka. Ya, mereka pulang bersama dan sering dekat karena beralasan. Mereka adalah saudara kembar!

Parno dan Jaka
Aku adalah sisa dari empat sekawan tersebut. Namaku Urip, aku bukanlah seorang yang terlalu hebat menurut orang lain. Tidak seperti Ujang yang jago main basket, dan tidak juga seperti Parno dan Jaka yang keduanya berturut-turut adalah seorang pemain musik dan penyanyi yang handal. Parno dan Jaka sering disebut sebagai duo P and J. Bagai nama sebuah universitas memang.

Aku berteman dengan mereka bertiga dari usia setara sekolah dasar. Mereka selalu satu sekolah denganku. Aku sangat berterima kasih pada mereka, karena mereka sudi bersahabat denganku yang bukan siapa-siapa di mata orang lain. Aku hanya pria berpenyakit langka yang suka bereksperimen dengan penyakit sendiri. Dokter memvonisku memiliki penyakit sindrom hiperhidrosis, penyakit yang di suatu negara penderitanya hanya kurang dari dua persen. Menyedihkan memang, itulah mengapa aku selalu berterima kasih kepada mereka meski hanya dalam hati. Tapi, di balik rasa terima kasihku kepada mereka bertiga, aku menyimpan rasa dengki!

Delapan tahun aku berteman, aku selalu melihat perkembangan mereka. Mereka awalnya bukanlah siapa-siapa, sama sepertiku. Bahkan dulu, akulah yang selalu merasa di atas mereka, aku selalu menganggap mereka adalah teman. Ya, teman yang dapat aku gunakan untuk memperlancar segala urusan-urusanku. Namun, aku berusaha membayar semua perhatian-perhatian mereka dengan bermain bersama dan membuat mereka tertawa bersamaku.

Seiring berjalannya waktu, sejatinya manusia normal akan mengalami perkembangan. Perkembangan yang sifatnya mengarah ke hal positif. Yang tadinya belum mengetahui, kemudian jadi tahu. Yang tadinya memiliki sedikit teman, kemudian teman terus bertambah seiring berjalannya waktu dan kemampuan sosial yang baik. Dari bodoh, menjadi pintar. Dari tak bisa, menjadi bisa. Dari sederhana, menjadi kaya. Semua tergantung sikap diri sendiri, lingkungan dan keluarga yang mendidik.

"Parno, Jaka, Urip... Apa kalian rela berjanji, bila kita tumbuh dan menjadi dewasa, kita tidak akan pernah melupakan satu sama lain, dan tetap bersedia melakukan pertemuan rutin minimal satu bulan sekali bila kita sudah berpisah nanti di kemudian hari untuk melakukan kesenangan dan kegilaan yang biasa kita lakukan kemarin dan saat ini?" tanya Ujang.<bersambung....>

Link Error

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

2 comments:

  1. bagus ceritanya walaupun belum selesai
    ditunggu lanjutannya gan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks gaan, ini juga masih dalam perbaikan :D

      Delete